Guru di Rumah Bagaikan Presiden
Oleh : Toad Isbani - Solo, Kamis 16 April 2020 09:07 AM
Musim
wabah masihlah terasa, sudah genap satu bulan pendidikan dikemas dalam model
pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran menggunakan prangkat teknologi dan
komunikasi. Wabah corona yang punya sebutan ngetren covid-19. Semua
dibuat tersiksa, tidak pula sosok guru yang harus hidup didua lokasi yang
berbeda. Guru tidaklah hanya di sekolah, di rumahpun menjadi guru dan bahkan berpikir
ganda bahkan lebih.
Guru
ketika di sekolah sudahlah pasti sebagai guru yang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai sebenar-benarnya guru yang banyak dikenal dengan sebutan 7M.
Sebutan 7M tersebut di antaranya : Mendidik, Membimbing, Mengarahkan, Melatih,
Menilai, Mengajar, Mengevaluasi. Itulah yang mesti dimiliki oleh seorang guru
dengan sebutan seorang guru profesional. Selain tugas dan kewajiban itu yang
tentunya ketika guru di sekolah, bahwa guru masih dituntut untuk berbagai hal
kegiatan semisal: Mempersiapkan lomba baik lomba untuk siswa maupun guru yang
bersangkutan sendiri, persiapan dan pengadministrasi sebagai guru yang terkait
dengan jenjang karier, komitmen untuk peningkatan mutu guru dalam pembelajaran
terkait dengan diklat dan kursus juga studi banding.
Darurat
covid-19 sudah mendorong seluruh penyelenggara pendidikan mengadakan secara
online istilah ngetrennya daring (dalam jaringan). Hal tersebut membuat
pendidik harus mampu menanamkan budaya literasi digital yang cerdas dan kritis terhadap
pengaruh buruk adanya informasi yang mengglobal di dunia maya (internet).
Setidaknya guru juga harus mampu memberikan filter terhadap anak didiknya untuk
menghindari hal-hal terkait situs/konten pornografi dan menghidari kejahatan
dunia maya seperti perjudian online, kekerasan, bullying, penipuan dan termasuk
berita-berita palsu (Hoax).
Guru
di rumah tidaklah semudah membalikan telapak tangan, banyak persiapan yang
membutuhkan pemikiran keras seorang guru, diantaranya: bagaimana untuk bisa
berinteraksi dengan siswa yang didiknya, terkait dengan cara pembelajaran yang
bagaimana agar bisa menarik dan mengenakkan dari kedua belah pihak (baik guru
maupun siswa) tentunya dengan pembelajaran model online atau daring (dalam jaringan).
Belum lagi guru yang harus membagi kegiatannya dengan kegiatan di rumah, baik
mengatur anak-anaknya dalam belajar di rumah juga, mangatur kegiatan keluarga,
belum lagi keluh kesah istri atau suami, mana bayaran juga pada nunggak,
pengeluaran yang banyak, pemasukan tetap saja.
Seabrek
kegiatan yang harus dipersiapkan tentunya tidak bisa semuanya sempurna. Masih
ada lagi yang harus membuat laporan kegiatan ketika mengadakan pembelajaran
dengan siswa yang dilakukan dengan tidak tatap muka. Laporan tentunya ditujukan
kepada pimpinan/kepala sekolah/madrasah. Masih juga dengan kegiatan yang
menyangkut keprofesiannya untuk dapat berkembang. Dengan begitu banyaknya tugas
dan kewajiban guru ketika di rumah, semua membutuhkan pemikirannya.
Guru
sudah seperti presiden kalau dilihat dari sudut kegiatan yang menumpuk.
Kegiatan guru yang di rumah tidak bisa diwajilkan, sedangkan presiden masih
punya wakil2nya di kementerian. Akan tetapi pemikiran guru dengan seabrek
kewajibannya tentunya semua didasari oleh perasaan, pikiran dan hati yang penuh
dengan pengabdian. Belum lagi kalau anak-anaknya juga membutuhkan perannya
sebagai sosok orangtua dan sekaligus juga sebagai guru.
Sudah
sepantasnya guru harusnya dihargai sebesar penghargaan presiden. Walau gaji
guru ada yang mengatakan cukup, akan tetapi guru dengan golongan 3, tentunya
dengan ekonomi yang semrawut begini membutuhkan pemikiran untuk membagi
penghasilannya agar tidak tergerus dengan pengeluaran yang semakin meningkat.
Guru
adalah Presiden?
Benarkan
pendapat tersebut, semua hanyalah dari siapa dan apa maksudnya menyebutkan guru
adalah presiden. Presiden tentunya lebih banyak lagi tugas, kewajiban dan
tanggungjawabnya. Cakupan guru dan presiden juga berbeda, presiden cakupan
wilayah yang begitu banyak dan jumlah permasalahan juga yang lebih komplek.
Akan tetapi tugas dan kewajiban guru juga akan lebih besar ketika harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak di akhir zaman. Karena apa yang
sudah diajarkan ke banyak siswa-siswanya tersebut membawa kebaikan atau justru
sebaliknya.
Guru
adalah presiden, ya bisa juga sama bisa juga berbeda. Ketika kegiatan yang
campur antara bekerja di rumah dan kewajiban yang harus dijalankan ketika di
sekolah dikerjakan di rumah, dari itulah betapa besar dan banyak kewajiban
seorang guru. Semoga guru dapat menjadi presiden yang dapat memimpin semua
dengan kearifan dan menjadi lambang dan simbol sebuah perilaku dan motif
pendidikan. Presiden idolaku dan guru kebanggaanku.
Presiden
dan guru tidalah bisa disamakan ataupun dibedakan. Berfikir positif dan
berperilaku baik adalah kunci kesuksesan. Tidak ada yang kekal kecuali
kebajikan. Guru dan Presiden hanyalah sebuah profesi dan akan berakhir ketika
masanya berakhir. Yuk mengerjakan tugas dan kewajiban kita dengan mengharap
keridhoan Allah SWT.
Ya pak..salam sukses
BalasHapusAamiin. Trimaksih.
HapusSelamat membuat kepres ya Pak
BalasHapusSiap laksanakan
HapusOpo ngunu bro?
BalasHapusGuru = Presiden. Mantap. Guru tetaplah guru dengan paling sedikit 2 tugas pokok: mengajar dan mendidik. Tugas-tugas adminsitrasi dan lain sebutan yang fungsional tetap melekat dan sering menjadi "bulan-bulanan" kaum untuk mencari fakta pembenaran diri pada satu pihak dan pada pihak guru sebagai kambing hitam.
BalasHapusNantikan apa yang akan terjadi sesudah pandemi covid-19, ketika anak-anak peserta didik kembali ke sekolah secara nyata. Rasakan bedanya. Selamat menjadi Presiden di kelas.
Trimaksh. Kan boleh jg bermimpi
BalasHapus