Sabtu, 24 Oktober | oleh:
Toad Isbani
Merenung sambil melayangkan angan untuk menggapai mimpi, suatu saat pasti akan dialami oleh semua orang tak terkecuali saya pada waktu itu.
Pada waktu hilang dan terhapusnya mata pelajaran TIK di kurikulum-13 yang
tren dengan sebutan KURTILAS di jejang pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada waktu itu oleh pemerintah bidang
kementerian yang saat itu di jabat oleh M. Nuh, membuat kegalauan pada diri
pribadi saya dan mungkin juga guru-guru TIK waktu itu. Kenapa tidak galau,
karena di masyarakat beredar isu, Guru TIK akan dimutasi atau mencari tempat
mutasi sendiri (Guru kok tidak ada mapelnya yang diajarkan apa?).
Akhirnya dengan membawa kegalauan itu, saya mencari penenangan diri
merenung langkah apa yang mesti dilakuan. Pada suatu tempat nan sejuk,
bersantai, berpikir memutar otak, perasaan dan hati. Menatap kedepan yang penuh
misteri. Dan disitulah ada ide dan pikiran kalau tidak bisa berkarir pada suatu
tempat yang selama ini kita bekerja sebagai abdi negara untuk melayani peserta
didik yang harus mengembangkan sayap mencari penambahan ilmu dan wawasan
pengetahuan keluar. Dari situlah akhirnya bertemu para motivator seperti Bp.
Wijaya Kusumah, M.Pd, Bunda Sri Sugiastuti, Aki-3, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit
dan lainnya juga dapat berkempul dengan para penulis-penulis buku Nusantara
yang hebat.
Sudah menjadi bidangnya bahwa Guru harus menulis, guru harus belajar dan
guru harus berkembang. Semangat para penulis hebat, ayo terus menulis dan
torehkan pada lembaran sejarah tentang nama kita. Salam Literasi semua.
#Day18AISEIWritingChallenge #100katabercerita #30hariAISEIbercerita
Mulia nya.. semangat dan pantang menyerah. Keren pak
BalasHapustrimakasih. saya kok mau komen diblog ibu kadang selalu gagal ya
HapusMantap Pak Toad. Tidak heran naskahnya cepat jadi.
BalasHapusmerenung bu, bu Aaaaaammm jug hebat noh
HapusGalau yg menginspirasi..
BalasHapustrimakasih pak Fathur, Senyum e bapak juga bikin semangat lho. eehhh maaf.
HapusPada saatnya galau itu akan pergi terbawa angin senja pak ....hehehe
BalasHapuskita boleh senja, tapi jiwa dan semangat harus selalu fajar dan terang. apalagi nama kita harus bisa dikenang sampai kapanpun. aamiin.
HapusRasanya sudah tidak galau lagi kan, Pak. Dinanti terus motivasi literasinya
BalasHapusSiap pak Susanto. Panjenengan hebat dan jadi pengen lho cium tangan sungkem ke pak Santo ini
HapusMantap..SELAMAT...TENDANGAN. PAK TOAD PASSSS... HEBAT'.. TURUT BERSYUKUR.
BalasHapusSiap. Aamin bu Tiwi. Selalu saja memuji terus. Trimakasih gih bu
Hapus